Rabu, 15 Juli 2015

Perbedaan Penetapan 1 Syawal Harus Disikapi Positif

Muhammadiyah telah menetapkan Idul Fitri jatuh pada 17 Juli, sedangkan pemerintah belum menentukan.


Kemungkinan besar perayaan hari Idul Fitri tahun 2015 ini berbeda lagi. Muhammadiyah telah menetapkan Idul Fitri jatuh pada 17 Juli, sedangkan pemerintah belum menentukan.

"Namun beberapa ahli hisab mengatakan perayaan sholat Ied jatuh pada Sabtu, 18 Juli 2015, di mana perhitungan bilal masih sekian derajat untuk menentukan 1 Syawal dan berakhirnya pelaksanaan puasa Ramadan,“ tutur Prof. Dr. Tulus Warsito, M.Si, dosen HI di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), kepada wartawan, Selasa (14/7).

Meski ada perbedaan, Tulus meminta agar hal ini tidak dibesar-besarkan. Indonesia adalah negara muslim terbesar yang selalu menolerir perbedaan termasuk perbedaan perayaan hari raya. "Pada dasarnya tidak ada permasalahan yang harus dikhususkan, kita harus menyikapi perbedaan tersebut dengan positif,” ucapnya.

Tulus menjelaskan, perbedaan pelaksanaan Idul Fitri ini terjadi pada perhitungan yang dilakukan oleh beberapa daerah dan beberapa organisasi. Misalnya antara pemerintah dan Muhammadiyah sering terjadi perbedaan perhitungan. Cara perhitungan yang dilakukan oleh pemerintah dengan melihat bulan. Sementara Muhammadiyah sudah memprediksi sebelumnya. Namun bukan berarti perbedaan ini embuat persilisihan saat perayaan hari raya.

Dilihat dari segi kebudayaan, menurut Tulus, Indonesia memiliki ciri khas dalam menyambut Ramadan, terlepas dari perbedaan dalam menentukan awal dan akhir Ramadan itu sendiri. Selama bulan Ramadan, dapat dilihat persiapan masyarakat saat menyiapkan hidangan Lebaran di samping budaya silaturahim yang selalu dijaga masyarakat. 

“Perayaan hari raya makan ketupat itu hanya ada di Indonesia, perayaan Idul Fitri di Malaysia tidak ada budaya makan ketupat. Hal inilah yang perlu diberi garis besar bahwa perbedaan itu tidak masalah dan kita harus toleransi dengan yang lainnya," ujarnya. 

UMY sebagai institut pendidikan, menurut Tulus, menolerir perbedaan yang ada. Apalagi terkait dengan perbedaan perayaan hari raya. Perhitungan yang dilakukan Muhammadiyah ini sudah menjadi ciri khas UMY dalam menentukan 1 Syawal. Artinya, masing-masing orang memiliki pemahaman yang berbeda dalam menentukan 1 Syawal. Yang terpenting adalah bagaimana perbedaan itu tidak akan menjadi pertumpahan darah antara manusia satu dengan yang lainnya, ia mengingatkan. 

Sumber : Sinar Harapan


1 komentar:

  1. Bener tuh, perbedaan faham tidak boleh meluoakan ikatan saudara islamnya

    BalasHapus

Mengenai Saya

Foto saya
facebook.com/iqbal.alhabsi - iqballsyaif@gmail.com
Designed ByBlogger Templates