Fenomena kemunculan Begal ini terlihat sangat massif dan terstruktur dengan baik.
Begal ini mulai marak terjadi di daerah pinggiran kota Jakarta seperti Depok, Tanggerang, dan Bekasi kemudian bergeser ke dalam kota Jakarta. yang masih jadi pertanyaan kenapa di wilayah Ibukota sangat sedikit tercatat kasusnya.
![]() |
Anehnya, aparat kepolisian tidak bisa bertindak padahal mereka ini sudah tahu peta pergerakannya.
Apakah fenomena maraknya kasus pembegalan ini merupakan settingan. Mengingat sebenarnya begal ataupun sejenisnya sudah ada dari dulu. Kenapa sekarang heboh sekali?
Mengutip dari beberapa media
Ketua Setara Institute Hendardi mengatakan, fenomena begal secara serempak dan tiba-tiba belakangan ini memunculkan kecurigaan di masyarakat.
"Kemunculan fenomena begal motor yang tiba-tiba yakni di tengah ketidakpercayaan publik pada Polri dalam kisruh KPK-Polri, justru menimbulkan kecurigaan," katanya di Jakarta, Senin (2/3/2015).
![]() |
Pernyataan Hendardi tersebut disampaikan menanggapi maraknya begal motor yang terjadi serentak di beberapa daerah.
Menurut dia, kecurigaan masyarakat tidak bisa dihindari dan masyarakat tidak bisa disalahkan.
Sementara itu, Mabes Polri menanggapi santai terkait pernyataan Hendardi dari Setara Institute yang mencurigai adanya pihak yang bermain dalam fenomena begal atau pencurian dengan kekerasan (curas).
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Mabes Polri, Kombes Rikwanto mengatakan, sah-sah saja analisis yang dibuat oleh masyarakat. Kendati begitu, kepolisian telah menyikat para pelaku begal melalui Operasi Cipta Kondisi.
"Buktinya tertangkap pelaku pembegalan. Tindakan kita keras di lapangan, seminggu ini kita tidak temukan laporan begal," katanya di Mabes Polri, Selasa (3/3).
Sementara fenomena begal yang kerap terjadi di wilayah Ibukota Jakarta, Pangdam Jaya Mayjen TNI Agus Sutomo membantu pihak kepolisian dengan patroli bersama Babinsa dan Babinkamtibmas. Dikatakannya, sinergi antar TNI-Polri dibangun melalui program tiga pilar yang terdiri dari Babinsa, Babinkamtibmas dan lurah.
"Kita support dengan mengerahkan babinsa. Untuk kriminal murni upaya represif kita serahkan ke teman kita di kepolisian," pungkasnya.
Kriminolog Universitas Indonesia, Yogo Tri Hendarto, menilai masyarakat saat ini sedang dalam kondisi anomi. Sebuah perilaku apatis terhadap sistem. Mereka tak lagi percaya dengan sistem hukum di Indonesia. Aparat penegak hukum tak lagi diyakini sebagai pelindung dan pengayom.
Dia menjelaskan beberapa faktor yang memengaruhi orang menjadi pelaku pembegalan. Faktor ekonomi jelas menjadi alasan mendasar terjadinya pembegalan.
Saat ini terjadi pergeseran motif pencurian kendaraan bermotor, dari mencuri dengan cara konvensional menjadi dengan cara pembegalan. Cara yang kedua ini memiliki perencanaan yang lebih matang ketimbang pencurian dengan cara konvensional.
Banyaknya remaja yang bergabung dalam komplotan begal menarik perhatian pemerintah. Terlebih, gim online yang marak dengan kekerasan dinilai memengaruhi mentalitas para remaja.
Sumber: forum.viva.co.id